[Fanfic] Rainbow Family – Happy Birthday

FF ini spesial buat twinsku Yassinta Nareswari Zahra Fauzi 😀

Saengil chukkae, TWINS~~ Saranghae~

Otanjoubi desu~

Semoga suka rainbow family-mu! >o

 

Cast:

Kim Family:

Kim Joongwoon aka Yesung – SJ,

Kim Junsu-  2PM,

Kim Jaeseop aka AJ – U-Kiss,

Kim Kibum aka Key – SHINee,

Yang Seungho – MBLAQ aka Kim’s cousin.

 

Lee Brother:

Lee Howon aka Hoya – INFINITE dan

Lee Jaejin – FT Island

 

Othe cast:

Shim Changmin – TVXQ

Jung Jinwoon – 2AM

Shin Hyunmi

Kim Myungsoo aka L – Infinite

Jo Youngmin – Boyfriend

Kang Minhyuk – CN Blue

Baro – B1A4

 

Genre: Family

Author: YunTaeryeo

= = = = =

@Kediaman Kelauarga Kim

“Yak, Oppadeul~” teriak seorang yeoja saat terbangun di pagi hari melihat keadaan rumahnya yang seperti kapal pecah. Namanya Kim Seungmi. Dia mempunya empat orang Oppa, Kim Jongwoon, Kim Junsu, Kim Jaeseop, dan Kim Kibum. Dia juga punya seorang kakak sepupu bernama Yang Seungho. Mereka berenam tinggal bersama dalam satu rumah sejak orang tua mereka meninggal.

Kim Seungmi. Lahir 14 Juni 1994. Anak bungsu dari keluarga Kim. Siswa tingkat tiga Shinhwa High School. Cute, penyabar, baik, suka menolong, namun banyak kesedihan yang tersimpan dalam dirinya. Dia satu-satunya anak perempuan di keluarga Kim, dan satu-satunya pula yang tidak begitu ingat wajah orang tua mereka.

Kim Joongwoon. Lahir 24 Agustus 1984. Biasa dipanggil Yesung, namja yang terkenal aneh di lingkungan tempat kerjanya. Anak sulung dari keluarga Kim. Dia bekerja sebagai seorang pelatih vokal di sebuah manajemen musik.

Kim Junsu. Lahir 15 Januari 1988. Namja yang cuek dan jarang di rumah karena sibuk dengan bandnya.

Kim Jaeseop. Lahir 4 Juni 1990. Dia kuliah di New York, dan hanya sesekali kembali ke Korea. Namja pendiam tapi penyayang.

Kim Kibum. Lahir 23 September 1991. Biasa dipanggil Key oleh teman-temannya. Namja fashionista, cerewet jika sudah bersangkutan dengan masalah fashion. Anak ketiga dari keluarga Kim. Mahasiswa Daekyung University Jurusan Seni Desaign.

“Wae? Kebiasaan, maish pagi-pagi sudah teriak-teriak!” Kibum turun dari tangga sambil menguap.

“Oppa, ini siapa sih yang bikin rumah berantakan begini?” Omel Seungmi sambil memunguti kaleng-kaleng minuman yang berserakan di ruang keluarga.

“Paling Junsu Hyung dan teman-temannya!” Key menuang air ke gelas lalu meneguknya.

“Aishh jinjja! Dasar namja!”  Seungmi masih membersihkan ruangan itu.

“Kau sudah mau berangkat?” Key meletakkan gelas.

“Ne!”

“Hmm… Kau ini tidak modis sekali! Mau ke sekolah dengan pakaian seperti ini?” Key memandang Seungmi dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Waeyo? Biasanya juga seperti ini, anak SMA itu yah pake seragam SMA!”

“Yaa, apa kau tidak pernah menonton drama? Mereka itu tidak hanya mengenakan seragam saja, rokmu juga kepanjangan! Dan rambutmu… ieuuhh~ Bagaimana bisa kau disebut dongsaeng Kim Kibum namja paling fashionista di Seoul?”

“Terserah Oppa sajalah!” Seungmi meninggalkan Key yang terus saja mengomel.

“Kim Kibum, sampai kapan tiap hari kau terus mengomentari pakaian semua orang di rumah ini?” Seorang namja keluar dari kamarnya sambil memasang jam tangannya.

“Hyung sama saja, tidak punya selera yang bagus! Liat jam tanganmu itu tidak cocok dengan jasmu!” Namja itu, Yang Seungho. Tiba-tiba menatap jam tangan dan jasnya secara bergantian.

Yang Seungho. Lahir 16 Oktober 1987. Sejak lima tahun terakhir tinggal di kediaman keluarga Kim.

“Yak, apa yang salah?”

“Entahlah pak tua!”  Key melenggang meninggalkan Seungho yang masih sibuk memperhatikan pakaiannya, ia kembali ke kamarnya.

“Yak, Kim Kibum kau tidak ada jadwal kuliah?” Omel Seungho.

“Eobseo!” Key langsung masuk ke kamarnya lalu tidur lagi.

“Anak itu, jinjja!” Seungho terlihat kesal. “Seungmi-ah!” Panggil Seungho sambil duduk di sofa dan membaca koran.

“Ne?”

“Mana Jongwoon hyung?”

“Molla, mungkin belum bangun!”

“Coba liat ke kamarnya!”

“Ne!” Seungmi menuju ke kamar Yesung yang berada tidak jauh dari kamar Seungho, namun agak terpencil. “Oppa, kau sudah bangun?” Perlahan pintu terbuka.

“Ah ne, kau sudah siap?” Yesung menggulung lengan kemejanya.

“Oppa semalam pulang jam berapa?” Seungmi terlihat khawatir.

“Hmm…Jam 2, wae?”

“Pantas sekarang Oppa sudah mirip dengan Seungho Oppa!” Yesung tertawa kecil.

“Haha, maksudmu lingkaran hitam?” Seungmi hanya mengangguk.

“Oppa istirahat saja dulu, tidak usah mengantarku!”

“Ani, kau mau berangkat sama siapa? Bukan dengan seorang namja kan? Oppa sudah memperingatkanmu untuk hati-hati dalam berteman!” Seungmi hanya tersenyum.

“Aniyo, mana ada yang mau dengan yeoja yang kemana-mana diikuti bodyguard?” Seungmi memanyunkan bibirnya.

“Haha… Itu karena semua Oppa-mu sayang padamu!” Yesung masih merapikan kemejanya.

“Arasseo, tapi aku ini sudah besar!” Seungmi lalu membantu Yesung merapikan kerah kemeja.

“Gomawo, kajja!” Yesung melangkah mendahului Seungmi yang tersenyum dengan sikap Oppa-nya.

“Junsu dan Kibum dimana?” Tanya Yesung pada Seungho yang masih asik membaca koran dan menikmati kopinya.

“Kibum tidur lagi, dan Junsu entah kemana, mungkin masih di kamarnya!”

“Dasar anak-anak itu!”

“Oppa, kajjayo!” Seungmi mulai kesal karena sekarang dia sudah hampir terlambat.

“Oh, mianhae aku hampir melupakanmu!” Yesung menggaruk kepalanya. “Kau belum berangkat?” Yesung kembali menatap Seungho.

“Sebentar lagi aku berangkat!”

“Kalau begitu kami duluan!” Yesung dan Seungmi naik ke mobil. Yesung lalu mengantar Seungmi ke sekolah seperti biasanya, setidaknya itu yang bisa ia lakukan untuk Seungmi.

= = = = =

@Kediaman Keluarga Lee

“Eomma, kaosku yang biru dimana?” Teriak seorang namja yang tengah sibuk berpakaian sambil naik turun tangga mencari sesuatu.

“Yak Lee Howon, kau ini sudah besar! Masa’ tidak bisa mengurus barang-barangmu sendiri! Tiap pagi berisik saja!” Omel namja satunya lagi yang kini tengah duduk di meja makan sambil menikmati sarapannya.

Le Howon. Lahir 28 Maret 1991. Biasa dipanggil Hoya. Mahasiswa Daekyung University jurusan Seni Musik. Keahlian, Dance, Rap, dan bermain drum.

“Makan saja kau!” Hoya mengambil roti lalu memasukkan ke mulut Jaejin dongsaengnya.

“Yaakkk!” Sebelum sempat mengomel, Hoya sudah kabur duluan.

Lee Jaejin. Lahir 17 Desember 1993. Panggilan, Jaejin. Siswa tingkat tiga Shinhwa High School.

“Kalian ini cuma dua bersaudara tapi ributnya seperti satu kampung!” Nyonya Lee datang sambil membereskan meja makan. “Howon, sarapan dulu!”

“Aniya eomma, aku sudah terlambat ini! Ada kuliah pagi.” Hoya mengambil ranselnya lalu pergi begitu saja.

“Dasar anak itu!” Eomma Hoya melanjutkan membereskan meja. “Kau juga! Cepat habiskan makanmu dan berangkat!” Nyonya Lee menggetok kepala Jaejin.

“Ya Eomma, Appo!” Rengek Jaejin.

= = = = =

“Mianhae, Oppa tak bisa menjemputmu!”

“Hmm,… bukannya seperti biasa Oppa sibuk? Memang kapan Oppa menjempuku?” Seungmi tertawa saat mengatakannya tapi sebenarnya dia sedih setiap kali Oppa-nya mengatakan itu.

“Arasseo, masuklah!” Seungmi mencium pipi Oppa-nya lalu turun dari mobil dan masuk ke sekolah.

“Seungmi-sshi!” Seorang namja yang baru saja datang memanggilnya.

“Jaejin-sshi?”

“Kau baru datang?”

“He em!” Seungmi tersenyum.

“Kajjayo!” Mereka berdua berjalan beriringan memasuki sekolah.

“Siapa anak itu?” Yesung menatap lekat namja yang mendekati Seungmi dari dalam mobil, setelah itu langsung pergi karena masih ada pekerjaan yang menunggunya.

= = = = =

“Dasar, anak itu kebiasaan!” Hoya harus kembali ke rumah karena ditelpon eomma-nya. Jaejin melupakan pakaian olahraga-nya padahal hari ini ada jam olahraga. Dia membawa kantongan memasuki sebuah sekolah, Shinhwa High School. “Chogiyo, apa anda kenal Lee Jaejin?” Hoya bertanya pada seorang satpam.

“Kelas berapa, tuan?” tanya satpam itu.

“Wah aku tidak tahu yang jelas dia tingkat tiga dan ada jam olahraga hari ini!”

“Kalau begitu, anda bisa langsung ke gedung olahraga untuk menemuinya! Lewat sini!” Satpam itu menunjukkan jalan pada Hoya. Hoya menelusuri koridor menuju gedung olahraga dan mencari-cari gedung yang dimaksud sambil sesekali berjalan mundur untuk sekedar memastikan dia tidak melewatkan gedung itu.

Bruukkk… Hoya tepat menabrak seorang yeoja.

“Awww… appo!”

“Jwaseonghamnida! Gwenchanayo?” Hoya membungkuk untuk melihat keadaan yeoja yang ditabraknya. Seungmi mengangkat kepalanya untuk melihat namja itu.

“Ne, gwenchanayo!” Seungmi berdiri tapi malah membentur kepala Hoya. “Jwaseonghaeyo!” Seungmi membungkuk meminta maaf sambil memegang kepalanya, begitupun dengan Hoya.

“Aniyo, ini salahku tidak melihat sekeliling!”

“Aniyo!” Seungmi tersenyum, seketika Hoya merasa ada sesuatu yang aneh. Pertemuan yang singkat meninggalkan kesan tersendiri baginya tapi dia tidak tahu apa jelasnya. Hoya memandang seragam olahraga yang dikenakan Seungmi.

“Chogiyo…?”

“Hyung!” Jaejin datang memhampiri Hoya. “Seungmi, kenapa kau di sini?” Baru saja Hoya ingin bertanya pada Seungmi, namun orang yang dicari sudah datang.

“Ini seragammu! Lain kali jangan lupa lagi!” Pesan Hoya.

“Ne! Hyung cerewet sekali!” Omel Jaejin.

“Hey Lee Jaejin! Hyung-mu ini sudah berbaik hati kembali ke rumah dan membawakannya untukmu! Setidaknya berterimakasihlah!” Seungmi terkekeh melihat mereka berdua.

“Hehe, Seungmi-sshi! Mianhaeyo!” Jaejin jadi malu perdebatan dengan hyung-nya disaksikan Seungmi, yeoja yang disukainya.

“Annyeong haseyo, Seungmi-sshi! Lee Howon imnida, kau bisa memanggilku Hoya!” Hoya mengulurkan tangannya.

“Annyeong haseyo, Kim Seungmi imnida!” Seungmi membalas uluran tangan Hoya.

“Omo~ Bukannya Hyung ada kuliah hari ini? Hyung juga belum sarapan, kan? Wah demi aku Hyung rela ke sini, gomawo!” Jaejin berusaha menarik tangan Hoya.

“Jwaseonghaeyo, apa aku boleh memanggil Oppa? Sejak Jaejin adalah dongsaengmu!”

“Tentu saja!” Hoya tersenyum. “Kalau begitu, sampai jumpa lagi Seungmi-yah!” Jaejin membulatkan mulutnya, dia bahkan sampai sekarang masih memanggil Seungmi dengan embel-embel –sshi sedangkan hyung-nya baru pertama kali bertemu langsung akrab dengannya.

“Chogiyo Oppa!” Panggil Seungmi, Hoya berbalik.

“Ne!” Seungmi mengambil sesuatu dari tasnya.

“Kata Oppa-ku, setiap manusia membutuhkan sarapan! Sarapan itu adalah tenaga awal untuk menjalani aktifitas, jadi ambillah ini!” Seungmi mengeluarkan kotak makanannya yang berisi sandwich buatannya.

“Apa tidak apa-apa? Bukankah ini bekalmu?”

“Hmm… gwenchanayo! Aku sudah sarapan di rumah! Awalnya aku akan memberikannya pada sahabatku, tapi dia tidak datang hari ini!” Seungmi menjelaskannya sambil tersenyum.

“Wah, gomawo!” Hoya tersenyum senang menerima pemberian Seungmi. “Aku harap kita bisa jadi teman baik!” Hoya lalu meninggalkan Seungmin dan Jaejin. Jaejin masih tak percaya dengan kemampuan hyung-nya. Yeoja yang selama ini dia kagumi diam-diam, dalam beberapa menit dapat akrab dengan Hyung-nya. Tidak beberapa lama, Hoya kembali berbalik.

“Seungmi, bisa pinjam ponselmu sebentar?” Seungmi tersenyum lalu mengeluarkan ponselnya.

“Hyung kenapa harus pinjam milik Seungmi!” Hoya tidak menjawab, lalu mengambil ponsel Seungmi. Dia menekan beberapa tombol dan terlihat menelpon seseorang. Tiba-tiba ponsel di kantong Jeans hitamnya berdering. “Itu nomorku!” Hoya mengembalikan ponsel Seungmi lalu menghilang begitu saja. Sedangkan Seungmi hanya tersenyum melihat tingkah laku Hoya dan Jaejin semakin tak percaya.

= = = = =

Seungmi memasuki rumah, tidak ada seorang pun di sana. Memiliki lima orang Oppa, selalu membuatnya tidak merasa demikian. Yang ada setiap hari, rumah sepi. Yesung sibuk dengan pekerjaannya, Junsu sibuk dengan teman-teman bandnya, Kibum sibuk dengan 91-liner clubnya, Jaeseop di New York sejak dua tahun terakhir, dan Seungho juga sibuk di kantornya. Mereka semua kembali saat Seungmi tidur, saat Seungmi bangun hanya beberapa dari mereka yang dapat dia temui, itu pun hanya sebentar. Seungmi melempar ranselnya ke atas tempat tidur dan ikut berbaring di sana. “Selalu seperti ini!” Mata itu mengeluarkan butiran beningnya. “Eomma, appa, aku hanya melihat kalian dari foto! Tidak bisa mengingat dengan jelas bagaimana senyum kalian!” Entah kenapa, Seungmi hari ini begitu merindukan orang tua yang tidak begitu ia ingat wajahnya. Orang tua Seungmi, meninggal saat Hyunmi berusia tujuh tahun. Dia tidak begitu ingat wajah kedua orang tuanya, orang tuanya selalu keluar kota untuk urusan bisnis dan dia hanya dikelilingi Oppa-Oppanya. Namun setelah orang tua mereka meninggal semuanya berubah. Yesung yang saat itu baru berumur 18 tahun dan baru lulus SMA, harus bekerja menggantikan ayahnya padahal impiannya menjadi seorang composer. Tiga tahun kemudian Seungho datang dan membantu Yesung mengelola perusahaan, hingga akhirnya lima tahun terakhir ini, Yesung memberikan kepercayaan penuh pada Seungho untuk mengurusi perusahaan karena dia ditawari bekerja di salah satu label industri musik. Junsu tumbuh dilingkungan bandnya yang begitu keras, dia tidak dekat dengan saudara-saudaranya. Key dengan sahabat-sahabatnya yang tiap hari semakin banyak, untung saja dia sangat pandai dalam memilih teman. Yang dekat dengan Seungmi itu Yesung dan Jaeseop.

Naega animyeon andwee~Ponsel Seungmi berdering. Video calling. Melihat nama yang terpampang di ponselnya, dia tersenyum dan menghapus air matanya, lalu segera bangun.

“Annyeongie my little princess!” Wajah bahagia terpampang di layar ponsel Seungmi.

“Oppa~” Seungmi sangat senang mendapat video calling dari Oppa-nya.

“Wae? Kau habis menangis? Haisshh… Matikan ponsel-mu dan nyalakan email-mu cepat!” Perintah Jaeseop. Seungmi langsung mengambil laptop kecilnya dan menikuti semua perintah Jaeseop Oppa-nya. “Kenapa kau menangis? Apa ada yang menyakitimu? Bilang sama Oppa! Apa Junsu Hyung? Atau Kibum?” Jaeseop sama sekali tidak berhenti bertanya sejak webcame terhubung.

“Haha, Oppa biasa aja deh! Nggak kok! Nan beogoshipeoyo!”

“Jeongmal? Aku pikir malah tuan putri Oppa ini sudah lupa pada Oppa-nya yang satu ini!”

“Aniyo, mana mungkin aku lupa pada Oppa-ku yang paling tampan ini?”

“Haha… ne, nado beogoshipeo chagiya! Hacchhiii~” Jaeseop tiba-tiba bersin, dia mengusap hidungnya.

“Oppa, gwenchanayo?” Seungmi terlihat khawatir.

“Haha… gwenchana! Oppa cuma sedang flu, di sini dingin sekali!” Jaeseop terlihat mengusap-usap kedua bahunya. “Bagaimana keadaan Jongwoon Hyung, Junsu Hyung, Seungho Hyung, dan Kibum?”

“Mereka kelihatan baik-baik saja! Jongwoon Oppa dengan pekerjaannya yang sibuk, Junsu Oppa dengan teman-temannya, dan Kibum Oppa dengan fashionnya, juga Seungho Oppa dengan berkas-berkasnya.” Seungmi terlihat kesal saat mengatakannya.

“Yaa, ada apa? Apa mereka semua tidak memperhatikan tuan putri Oppa?”

“Aniyo, nan gwenchanayo!” Seungmi mengupayakan seulas senyum di wajahnya.

“AJ, The directur call you!” Tiba-tiba terdengar seseorang berbiacara dengan Jaeseop.

“Really? Okay, thanks for information!” Jaeseop berbalik melihat orang tadi. “Chagi, sampai sini dulu yah! Oppa ada urusan mendadak!” Jaeseop tersenyum pada Seungmi.

“Ne!” Jawab Seungmi dengan tidak semangat.

“Jangan begitu dong! Mana senyuman Kim Seungmi yang paling manis?” Seungmi lalu tersenyum untuk Oppa-nya. “Nah begitu! FIGHTING!” Jaeseop mengepalkan satu tangannya ke udara. Seungmi tersenyum mendengar semangat Oppa-nya sekali lagi.

= = = = =

“Junsu-yah, kemana saja kau?” Seorang teman band Junsu menyapanya, namanya Jung Jinwoon.

“Mian, aku harus membiarkan semua orang rumah pergi dulu baru bisa ke sini!” Junsu menjabat tangan semmua sahabat-sahabatnya itu dengan jabatan tangan khas mereka.

“Kajja, ayo kita latihan! Besok ada acara di Gangnam!” Namja yang bernama Shim Changmin, dia leader band yang terdiri dari empat orang itu. Baro maknae band itu sebagai bassist dan rapper, Junsu sendiri sebagai gitaris dan sub vokal, Changmin sebagai leader sekaligus vokalis, Kang Minhyuk sebagai drummer. Mereka ke posisi masing-masing lalu memainkan lagu mereka.

Waktu yang sama, di tempat yang berbeda.

“Hey, apa kau tahu warna itu tidak cocok untukmu?” Kibum dan teman-teman 91-liner nya sedang berjalan di koridor kampus sambil menatap satu per satu orang-orang yang lewat, seperti biasa, Key yang terkenal fashionista itu memberi saran pada orang-orang sekitarnya, walaupun terkesan sombong tapi mereka menyukai Key yang selalu memberikan saran. Key memang orang yang frontal dan semuanya sudah tahu itu jadi biasa saja saat dikomentari Key.

“Chogiyo, sunbae!” Seorang yeoja dengan rambut panjang dan menggunakan kacamata tebal muncul di depan Key secara tiba-tiba. “Ini untuk sunbae!” Dia mengulurkan tangannya tanpa berani menatap Key, dia menatap sahabat-sahabatnya satu per satu. Key mengambil kotak itu. “Gomawo! Kajja!” Dia lalu pergi bersama teman-temannya setelah mengambil kotak itu.

“Haha, akhirnya kau punya fans yang seperti itu!” Jinwoon menertawakannya.

“Diam kau!” Key melemparkan kotak itu pada Jinwoon.

“Untukku?”

“Simpan babo! Nicole kemana?” Mereka berlima, Key, Jinwoon, Mir, Woohyun, dan Dongwoon duduk di salah satu meja di cafetaria.

“Molla!” Jawab Jinwoon cuek.

“Pokoknya jangan ada yang memberitahunya tentang masalah tadi! Bisa mati anak itu kalau Nicole tahu!”

“Haha… Algesseo!” Semuanya tertawa, Key memang benar. Nicole selama ini menyukai Key, namun Key tidak pernah meresponnya. Sebenarnya banyak yang suka pada Key, namun karena Nicole yang selalu menempel padanya, yeoja lain tidak berani mendekat. Setelah bersenang-senang dengan sahabat-sahabatnya, Key berniat untuk pulang. Dia melempar kotak tadi ke dalam mobil sport-nya. Lalu masuk ke dalam mobil. Dia melajukan mobilnya dan tiba-tiba melihat seorang yeoja tengah berdiri di sebuah halte.

“Yeoja tadi?” Key memundurkan mobilnya perlahan dan berhenti tepat di hadapan yeoja itu. “Naiklah!” Perintahnya.

“Jwaseonghamnida, untuk apa?” Yeoja itu terlihat bingung.

“Masuk saja!” Perintah Key lagi, yeoja itu lalu masuk ke mobil Key. Key kembali menjalankan mobilnya. Dia berhenti di sebuah butik dan mengajak yeoja itu masuk.

“Untuk apa ke sini, Sunbae?”

“Untuk bersamaku, kau harus sepadan denganku!” Key nampak memilih-milih pakaian dan mencocokkannya pada yeoja itu. “Siapa namamu?”

“Chogiyo, sepertinya Sunbae salah paham!”

“Neo ireum!”

“Cheoneun, Hyun Eunji imnida!”

“Nah, Eunji-yah coba ini!” Key memberikan sebuah dress pada Eunji.

“Kenapa aku harus memakai ini?” Yeoja itu memperbaiki letak kacamatanya.

“Palli!” Yeoja itu mengambil dress lalu masuk ke ruang ganti. Setelah beberapa menit, yeoja itu keluar dengan menggunakan dress biru muda selutut yang dipilih Key. Key terkagum melihat yeoja itu, dia mendekat lalu perlahan melepas kacamata Eunji.

“Sunbae mau apa?”

“Diam saja!” Key lalu membuka ikat rambut yang mengepang rambut Eunji. Key kembali kagum, yeoja itu benar-benar cantik. “Yeppuda, perfecto!” Gumam Key. Wajah Eunji tiba-tiba memerah.

“Tapi aku tidak bisa melihat dengan jelas!”

“Itu gampang!” Key menepuk tangannya dan seorang pelayan di butik tersebut datang. “Tolong ambilkan kontak lens yang sesuai dengan nona ini!” Eunji menatap cermin di hadapannya tak percaya.

“Nuguseyo?” Tanyanya sambil menunjuk ke arah cermin.

“Itu kau!” Key memegang pundak Eunji.

“Untuk apa Sunbae melakukan semua ini padaku?”

“Karena kau fansku, dan aku tidak suka jika ada orang di dekatku yang tidak modis!” Ungkap Key jujur.

“Mworago?”

“Sudahlah, kajja!” Key meninggalkan Eunji yang masih kebingungan. Mereka berdua keluar dari butik itu dan kembali naik ke mobil.

“Chogiyo, sepertinya Sunbae salah paham!”

“Maksudmu?” Tanya Key sambil menyetir.

“Itu bukan dariku, tapi dari sahabatku! Aku hanya menyampaikannya padamu, aku tadi ingin bilang tapi Sunbae sudah pergi begitu saja!” Key shock mendengar semua itu.

“M…mw..mwo?? Jadi kau?”

“Naega? Aku sama sekali tidak pernah tertarik pada Sunbae!” Eunji memasang tampang polosnya. Key merasa sangat malu kali ini. “Dan kalau masalah Sunbae menyukaiku, gamsahamnida tapi Sunbae memang bukan type-ku!” Key marasa tidak terima dengan semua ini.

“Arasseo, aku hanya perlu membuatmu menyukaiku!” Key melajukan mobilnya semakin cepat dan mengantar yeoja itu pulang tanpa berbicara apapun.

= = = = =

“Annyeong!” Seorang namja tiba-tiba muncul di sebelah Seungmi yang tengah menunggu bus.

“Oppa? Kenapa bisa ke sini?”

“Aku hanya lewat dan melihatmu di sini!” Padahal sejak tadi namja itu memang menunggu kepulangan Seungmi.

“Bus-ku sudah datang, annyeong haseyo!” Seungmi memberi salam lalu naik ke bus. Dia mengambil tempat duduk, tiba-tiba Hoya duduk di sebelahnya. “Oppa, mau kemana?”

“Jalan-jalan!” Jawab Hoya. “Hmm… Bagaimana kalau kau menemaniku jalan-jalan?”

“Mworagoyo? Tapi aku harus pulang!”

“Jinjja, padahal aku sangat ingin jalan-jalan tapi tidak ada teman!” Hoya berpura-pura sedih.

“Arasseoyo, tapi sebentar saja!”

“Ne, aku traktir ice cream, mau tidak?” Seungmi mengangguk senang. Mereka berdua memasuki sebuah kedai ice cream dan memesan ice cream.

“Gomawoyo!” Seungmi menyuapkan sendok ice cream ke mulutnya. Hoya hanya tersenyum dan ikut makan.

“Seungmi-yah, kau tinggal dimana?”

“Di daerah Dongjak-gu!” Seungmi tetap menikmati ice cream vanilla-nya.

“Tinggal sama siapa?”

“Sama Oppa-Oppaku!”

“Hmm…! Aboji dan abonim?” Seungmi tertunduk mendengar pertanyaan Hoya.

“Wae?” Hoya berhenti memakan ice creamnya dan memandang Seungmi, dia tahu ada yang salah dengan kata-katanya.

“Mereka berdua sudah meninggal!” Hoya kaget mendengar itu, dia merasa sangat bersalah membuka luka Seungmi.

“Jeongmal mianhae!” Hoya benar-benar terlihat menyesal telah menanyakan hal itu.

“Hmm… gwenchanayo! Ngomong-ngomong, Oppa dan Jaejin cuma dua bersaudara, kan?” Seungmi mengalihkan pembicaraan agar Hoya tidak ikut sedih.

“Ne, kami memang hanya dua bersaudara!” Hoya tersenyum.

“Jujur, aku suka ketika Oppa tersenyum!” Seungmi tanpa sadar mengatakan semua itu. Wajah Hoya tiba-tiba memerah. “Mianhaeyo, lupakan saja apa yang aku katakan! hehe!” Seungmi menepuk dahinya. Hoya tertawa kecil.

“Aku tahu itu, kau orang yang ke 1001 yang mengatakan itu!” Canda Hoya.

“Haha, Oppa narsis juga!” Seungmi berhasil dibuat tertawa.

“Tidak heran Jaejin baik, Oppa-nya juga sangat baik!” Puji Seungmi.

“Jinjja? Mana yang lebih baik? Aku atau Jaejin?” Tanya Hoya.

“Mollayo, Jaejin itu namja yang sopan, ramah, pintar, dan manis! Kalau Oppa, aku baru kenal dengan Oppa dua hari yang lalu, jadi mungkin Jaejin! Haha..,” canda Seungmi. Hoya memanyunkan bibirnya kesal.

“Kau ternyata yeoja yang sangat jujur yah!”

“Hmm… tidak juga!”

“Karena kita baru kenal dua hari, aku akan membuatnya menjadi lebih lama hingga kau sadar aku lebih baik! Haha!” Seungmi terdiam dengan kata-kata Hoya. ‘Membuatnya lebih lama?’

“Gomawoyo untuk hari ini!” Seungmi membungkukkan badannya berterimakasih.

“Gwenchana, lain kali kau mau kan menerima tawaranku lagi?”

“Tentu saja kalau Oppa tidak dibebankan!”

“Aniya, mianhae aku tak bisa mengantarmu! Hari ini aku tidak bawa motor!”

“Gwenchanayo, aku sudah cukup merepotkan Oppa hari ini!”

“Jeongmal ani!” Hoya tersenyum meyakinkan.

“Annyeong haseyo!” Seungmi lalu naik ke bus.

“Sampai jumpa!” Seungmi pulang ke rumah dan Hoya kembali ke kampus.

Tidak seperti biasa, hari ini mood Seungmi sangat bagus. Biasanya dia akan meratapi sepinya rumah saat pulang sekolah. Satu alasan, karena namja yang baru dia kenal dua hari. Lee Howon.

“Seungmi, kau di rumah?” Tiba-tiba terdengar seorang namja memanggil, Seungmi segera turun dari tempat tidur.

“Ne~” Seungmi keluar dari kamar, dia sangat senang ada seseorang yang sudah pulang jam segini.

“Ini Oppa bawakan makan siang!” Namja itu adalah Seungho, dia meletakkan dus makanan di atas meja ruang tengah.

“Gomapta! Hehe.” Seungmi dudk dan melihat makanan yang dibawa Seungho. “Oppa, mau kemana lagi?” Seungmi sedih melihat Seungho baru keluar setelah mengganti pakaiannya.

“Oppa ada rapat hari ini dan pekerjaan menumpuk di kantor!” Seungmi terlihat sedih.

“Wae?” Seungho duduk di sebelah Seungmi.

“Koper itu untuk apa?” Seungmi mengalihkan pandangannya pada koper yang sudah berdiri di dekat sofa.

“Oppa harus pergi ke pulau Jeju untuk beberapa minggu!” Seungho masih sibuk merapikan dasinya. Seungmi menatapnya sedih, memang ada orang yang kembali, namun kembali untuk pergi.

“Wae? Kau sedih tidak bisa melihat Oppa beberapa hari kedepan?” Seungho mengacak rambut Seungmi.

“Mollayo!” Seungmi memanyunkan bibirnya dan tidak mau menatap Seungho.

“Di sini kan masih ada Jongwoon hyung, ada Junsu, dan Kibum! Oppa cuma sebentar kok!” Seungho berusaha membujuk Seungmi.

“Arasseoyo!” Seungmi meninggalkan Seungho menuju ke dapur.

“Haha, anak itu!” Seungho hanya tertawa sambil menggeleng. Dia memakai jasnya lalu bersiap pergi. “Ya sudah, Oppa pergi dulu yah!” Seungho berpamitan pada Seungmi yang kembali dengan membawa segelas air.

“Ne!” Jawab Seungmi tidak acuh. Seungho lalu membawa kopernya dan pergi.

New Mail

From: Hoya Oppa

Bintang itu bersinar sendiri
bulan itu disinari matahari
dan matahari itu bintang.

Seungmi merasa bingung dengan email yang dikirimkan Hoya.

To: Hoya Oppa

Maksud dari kata-kata itu apa?

From: Hoya Oppa

Kau akan mengerti suatu saat nanti! Have a nice day! ^^

Seungmi hanya tersenyum.

“Namja ini penuh misteri!” Gumamnya sambil tertawa.

= = = = =

“Wah seminggu lagi!” Jaejin berbaring di tempat tidurnya sambil memegangi kalender yang sudah ditandainya.

“Hey anak kecil, kau sudah tidur?” Tiba-tiba seseorang memasuki kamarnya. Dengan cepat dia menyembunyikan kalender di bawah bantalnya.

“Yak, Hyung! Bisakah kau mengetuk dulu sebelum masuk ke kamar orang?” Jaejin terlihat kesal.

“Itu ada telpon, katanya dari teman club basketmu!” Hoya menenjukkan jempolnya ke belakang pertanda menyuruh Jaejin turun. Jaejin dengan cepat memeriksa ponselnya.

“Aishh, pantas saja! Ponselku mati!” Jaejin segera keluar kamar dan turun untuk mengangkat telpon.

“Dasar!” Gumam Hoya sambil berbaring di tempat tidur Jaejin. “Nyaman juga di sini!” Dia membaringkan kepalanya di bantal. “Aduh, apa ini?” Hoya merasa sesuatu di bawah bantal, dia mengambil benda keras itu. “Kalender? Tanggal 14? Kim Seungmi?” Hoya tersenyum melihat tanggal yang dilingkari oleh Jaejin.

“Hyung, apa yang kau lakukan?” Jaejin datang dan langsung merebut kalender itu.

“Ani!” Hoya bangun dan keluar dari kamar Jaejin.

= = = = =

“Seungmi-yah, apa kau ada rencana minggu depan?” Hyunmi sahabat Seungmi menopang dagunya di hadapan Seungmi.

“Wae?”

“Minggu depan ulang tahunmu, chagi!” Hyunmi mengedipkan matanya. Seungmi terlihat berpikir.

“Oh, ulang tahunku!” Seungmi terlihat tidak bersemangat mendengar ulang tahunnya.

“Wae? Kenapa ekspresimu seperti itu?”

“Ani, ulang tahunku tidak pernah spesial!” Seungmi melanjutkan membaca majalah di hadapannya.

“Kenapa kau bilang begitu?” Hyunmi terlihat sedih mendengarnya. “Arasseo, bagaimana kalau kau merayakannya bersamaku? Nanti aku juga akan mengajak Myungsoo Oppa biar lebih ramai, aku dan Myungsoo Oppa akan membuatmu senang selama hari itu!” Hyunmi meminta dengan puppy eyes.

“Hehe, gomawo!” Seungmi tersenyum kaku.

“Wae? Ah aku lupa kau dan Myungsoo Oppa kan…? Haha…” Hyunmi menggantungkan kata-katanya lalu tertawa.

“Aku heran sama namjachingu-mu itu! Dia selalu memberikan tatapan sinisnya padaku…ckck.” Seungmi menggeleng.

“Auranya memang begitu! Haha…” Hyunmi malah ikut menertawakan namjachingu-nya. “Itu dia!” Hyunmi melambaikan tangannya pada seorang namja yang baru saja datang.

“Annyeong haseyo!” sapa Myungsoo pada Hyunmi dengan wajah datar seperti biasanya.

“Kajja!” Myungsoo memang datang menjemput Hyunmi karena ada janji.

“Duduk dulu!” Hyunmi menarik lengan Myungsoo duduk di sampingnya.

“Seungmi-yah, bagaimana kalau kita ke Namsan atau ke Gangnam?”

“Ada apa?” Myungsoo terlihat bingung.

“Husstt~” Hyunmi menaruh satu jarinya di bibir pertanda menyuruh Myungsoo diam. Myungsoo berniat menjitak Hyunmi namun tidak jadi.

“Haha, kalian ini lucu!” Seungmi tertawa melihat pasangan yang di hadapannya.

“Seungmi, bagaimana?  Aku janji tidak akan mengajaknya!” Hyunmi melirik ke arah Myungsoo.

“Haha, akan kupertimbangkan!”

= = = = =

Seungmi menjatuhkan tubuhnye ke atas tempat tidur. Dia menatap kalender yang terpasang di atas mejanya.

“Ulang tahunku?” Seungmi menghembuskan napas panjang. “Tahun lalu aku di rumah sendirian, Jongwoon Oppa di Jepang, AJ Oppa di New York, Kibum Oppa ada pemotretan, Junsu Oppa apalagi kalau bukan show dengan band-nya? Dan Seungho Oppa di Hongkong mengurus bisnis!” Seungmi segera mengganti seragamnya dan membersihkan diri. Selesai mandi, dia menatap dirinya di cermin. “Oppadeul, nan beogoshipeoyo!” Hati Seungmi menangis.

“Seungmi-yah~” Seseorang memanggilnya.

“Kibum Oppa?” Seungmi segera berlari keluar kamar.

“Temani Oppa ke mall yah?”

“Hmm… Tumben Oppa mengajakku!”

“Kajja!” Key dan Seungmi lalu berangkat ke mall.

“Oppa?”

“Ne?” Key masih fokus menyetir.

“Apa Oppa ada acara menggu depan?”

“Minggu depan?” Key terlihat berpikir. “Ah ne, ada fashion show di Jeju! Wae?” Key menatap dongsaeng-nya itu.

“Aniyo!” Seungmi merasa kecewa, satu lagi Oppa-nya yang melupakan hari ulang tahunnya. Mereka berdua sampai di sebuah mall.

“Seungmi-yah, kira-kira seorang yeoja polos suka apa?” Key memandangi satu per satu benda-benda yang terpajang di etalase.

“Mwo? Tumben Oppa bertanya padaku? Biasanya kan Oppa lebih tau!”

“Ani, kau suka hal-hal yang seperti apa?”

“Aku suka ice cream!” Jawab Seungmi polos.

“Bukan, maksudku semacam hadiah yang bagaimana?”

“Hadiah?” Seungmi merasa senang. “Apa mungkin Oppa mengingatnya?” Batin Seungmi. “Biasanya yeoja sederhana suka hal-hal yang sederhana, sesuatu yang bisa melambangkan perasaan yang dalam!” Key terlihat mendengarkan dengan seksama. “Hadiah yang selalu terkenang bersamaan dengan waktu berjalan!”

“Waktu?” Key mengerti sesuatu, dia segera menarik Seungmi ke toko yang dia tahu.

“Oppa kenapa membeli itu?” Seungmi terlihat bingung.

“Waktu!” Key tersenyum lalu melajukan mobilnya.

= = = = =

Sebuah harmoni tengah dimainkan dari sebuah kamar yang sunyi senyap, hanya ada lantunan sebuah lagu yang berasal dari sebuah piano putih yang tengah dimainkan seorang namja. Seorang yeoja yang tengah tidur di kamarnya mengerjapkan mata, terbangun karena harmoni yang indah itu. “Jongwoon Oppa?” Dia turun dari tempat tidur lalu menuruni tangga menuju ke sebuah kamar. Dia memberanikan diri memutar gagang pintu dan membuka pintu perlahan. Yeoja itu Kim Seungmi. Seungmi melangkahkan kakinya mendekati namja yang tengah bermain piano itu, dia lalu duduk di sebelah namja itu. Yesung menyadari kedatangan yeodongsaeng-nya, dia tersenyum dan melanjutkan permainannya. “Ini lagu kesukaanku! Lagu ciptaan Oppa, It has to be you!” Batin Seungmi.

“Johae?” Tanya yesung saat mengakhiri permainannya. Seungmi mengangguk.

“Oppa kapan pulang?”

“Sudah sejam yang lalu!” Jawab Yesung. “Kenapa tidak tidur? Apa kau terbangun karena Oppa?”

“Ne, permainan piano Oppa bagus sekali!” Seungmi tersenyum tulus. “Oppa, apa Oppa sibuk minggu depan?” Seungmi menanyakan hal yang sama.

“Minggu depan yah? Oppa kalau tidak salah ada rekaman dengan group baru SM!” Sekali lagi Seungmi kecewa. “Wae?”

“Aniyo, aku masih ngantuk! Aku kembali ke kamar yah! Jaljayo Oppa!” Seungmi langsung masuk dan mengunci pintu kamarnya. “Mereka semua sibuk!” Seungmi perlahan lemas dan bersandar pada pintu, air matanya tidak bisa terbendung lagi.

= = = = =

Seungmi berjalan keluar gerbang sekolah dan tiba-tiba ponselnya berdering. New email.

From: Hoya Oppa

Tolong aku! Aku hampir mati di sini!

Seungmi tiba-tiba khawatir. Dia segera menghubungi Hoya.

“Yeoboseyo? Oppa kenapa? Dan diamana Oppa sekarang?” Seungmi terdengar panik.

“Aku di Family caffe.. aku..?” Hoya menggantungkan kata-katanya dan telpon terputus. Seungmi segera menuju ke caffe yang dimaksud Hoya, tidak jauh dari sekolahnya. Sesampainya di caffe itu, dia mencari sesosok namja yang sudah membuatnya khawatir. Matanya menangkap sosok itu, dia segera berlari ke sana.

“Oppa, gwenchanayo?” Seungmi terlihat khawatir.

“Mian, aku baik-baik saja! Aku hanya ingin mengajakmu makan!” Hoya tersenyum merasa bersalah.

“Oppa tahu? Aku berlari ke sini karena takut sesuatu terjadi padamu!” Seungmi terlihat kesal. “Sudahlah!” Seungmi meninggalkan Hoya, tapi tangannya ditarik kembali.

“Mianhae!” Hoya berdiri dan meminta maaf. Tanpa sadar sudut mata Seungmi meneteskan air mata. “Aigoo, jeongmal mianhae! Oppa janji tidak akan mengulanginya!” Hoya panik melihat Seungmi menangis.

“Aku takut terjadi sesuatu!” Seungmi terisak, Hoya mendekatkan diri lalu perlahan memeluk yeoja di hadapannya dan mencoba menenangkannya. Sebenarnya lebih daripada alasan itu, Seungmi hanya tidak mau kehilangan orang yang sudah meramaikan hidupnya akhir-akhir ini. “Gwenchanayo!” Mereka berdua lalu duduk di caffe itu dan memesan makanan.

“Kau jangan menangis lagi yah? Aku tidak suka melihat air matamu!” Hoya mencoba menghibur Seungmi.

= = = = =

“Dua hari lagi!” Seungmi membiarkan lampu mati. Dia duduk sendirian di ruang tengah. Pipinya kembali basah.

Seorang namja menuruni tangga perlahan, Seungmi tidak tahu kalau ternyata ada seseorang di rumahnya. Namja itu juga tidak tahu Seungmi tengah duduk di ruang tengah. Namja itu ke dapur dan menuang segelas air. Dia meneguk air itu dalam kegelapan.

“Aku merindukan mereka!” Gumam Seungmi. Junsu mendengar suara itu, dia perlahan mendekati suara itu, matanya memangkap seorang yeoja yang tengah duduk di sofa dan disinari cahaya laptop. “Jongwoon Oppa, Jaeseop Oppa, Kibum Oppa, Seungho Oppa, dan..?” Seungmi mengusap layar laptop dan memandangi satu per satu foto Oppa-nya sambil meneteskan air matanya. “Dan Junsu Oppa!” Junsu menatap dongsaengnya dari jauh. “Apa kalian tahu dua hari lagi hari apa?” Seungmi berbicara sendiri. Junsu terlihat berpikir.

“Dua hari lagi?”

“Kalian benar! Aku tahu kalian pasti ingat ulang tahunku!” Seungmi tersenyum dalam tangisnya. “Jongwoon Oppa pasti bohong ada rekaman minggu depan!” Kini layar laptop menunjukkan foto Yesung. “Aku harap Jaeseop Oppa pulang di hari itu!” Seungmi mengangkat kepalanya berusaha menahan tangisnya. “Kibum Oppa? Aku senang kemarin bersamanya walau hanya sebentar! Dia juga pasti pura-pura lupa ulang tahunku dan bilang ada fashion show!” Layar laptop menampilkan foto Junsu. “Aku paling suka senyuman Oppa!” Seungmi melipat lututnya dan menangis. “Junsu Oppa, nan beogoshipeoyo, jeongmal beogoshipeoyo!” Seungmi semakin menangis, foto itu foto Seungmi dan Junsu saat ulang tahun Seungmi yang kesepuluh. Junsu orang pertama yang memberikannya hadiah. Junsu yang melihat itu tanpa sadar mulai memangis. Dia tidak tahu yeodongsaeng-nya sesakit itu.

“Mianhae, Seungmi-yah! Aku bahkan tidak ingat dua hari lagi ulang tahunmu! Aku sibuk dengan urusanku sendiri, kami semua bukan Oppa yang baik!” Batin Junsu.

“Kapan yah aku bisa melihat Oppadeul bersama-sama dan tersenyum di hadapanku, Key Oppa yang membuatkan sarapan, Junsu Oppa yang selalu mengantarku ke sekolah, Jaseop Oppa yang selalu menemaniku nonton TV, Seungho Oppa dengan candaannya, dan Jungwoon Oppa yang selalu bernyanyi untukku!” Seungmi terus saja menangis. Hingga tanpa sadar dia tertidur di sofa. Junsu menghapus air matanya, Entah berapa lama dia berdiri di belakang dinding mendengarkan Seungmi, dia mendekat setelah tahu Seungmi sudah tertidur. Dia duduk di pinggir sofa dan merapikan rambut yang menutupi wajah Seungmi.

“Mianhae!” Junsu mematikan laptop lalu menggendong Seungmi menuju kamarnya.

= = = = =

“Sunbae bilang, sunbae punya yeodongsaeng?” Yeoja yang kini telah diubah penampilannya oleh Key duduk di hadapannya.

“Ne!”

“Kapan ulang tahunnya?” Tanya yeoja yang bernama Eunji itu, akhir-akhir ini Key memang selalu bersamanya, Key benar-benar tertarik pada yeoja itu.

“Tanggal 14 Juni!” Jawab Key sambil menyeruput minumannya.

“Besok? Hmmm… Aku yakin Sunbae pasti sudah menyiapkan sesuatu untuknya!”

“Mworago? Tanggal berapa ini?” Key kaget mendengar apa yang dikatakan Eunji.

“Sunbae lupa? Aishh… kalau aku jadi dongsaengmu, aku pasti sangat membencimu!” Key sadar akan sesuatu, dia ingat Seungmi menanyakan jadwalnya minggu lalu, ternyata itu ulang tahunnya.

“Mianhae Eunji-yah, aku harus pergi!” Key buru-buru naik ke mobilnya lalu pergi ke suatu tempat.

= = = = =

Seorang yeoja menatap jam di dindingnya dan tidak bisa tertidur menunggu jarum jam perlahan menuju ke angka dua belas. “Tidak mungkin!” Dia memejamkan matanya sambil menitikkan air mata. Semuanya hanya harapan kosong, dia tahu semoa Oppa-nya sibuk.

Ponselnya berdering.

“Saengil chukkae~” Teriak namja dari seberang sana. Seungmi menitikkan air matanya lagi.

“Gomawoyo, Oppa!” Seungmi terharu ternyata masih ada yang ingat ulang tahunnya.

“Kau pasti ngantuk yah? Suaramu sampai serak begitu! Pokoknya besok pagi kau harus langsung menemuiku, ada yang ingin kukatakan! Tidurlah! Jaljayo~” Telpon terputus. Itu bukan Oppa-nya, tapi Seungmi setidaknya merasa senang.

Seungmi menyandarkan kepalanya di bantal. Tiba-tiba terdengar alunan piano dari lantai bawah. Seungmi mengucek matanya lalu segera turun dari tempat tidur dan menuruni tangga. Di sana sudah ada seorang namja yang tengah bermain piano. “Seungho Oppa?” Seungmi perlahan mendekat. Seseorang muncul dan bernyanyi.

Kyeoure taeeonan areumdaun dangsineun
Nuncheoreom kkaekkeuthan namanui dangsin

“Jongwoon Oppa?” Seungmi menutup mulutnya tak percaya, dua orang Oppa-nya ingat ulang tahunnya.

Gyeoure taeeonan sarangseureon dangsineun
Nuncheoreom malgeun namanui dangsin

“Kibum Oppa?” Seungmi berdiri mematung di tempatnya memandangi Oppa-nya.

Hajiman bom, yeoreumgwa gaeul, gyeoul
Eonjena malgo kkaekkeuthae

Seorang namja muncul lagi. “Jun… Junsu oppa?” Dia segera menghambur ke pelukan Oppa-nya itu dan menangis.

Gyeoure taeeonan areumdaun dangsineun
Nunchereom kkaekkeuthan namanui dangsin

Dan terakhir, seorang namja muncul lagi. “Jaeseop Oppa???” Seungmi semakin tidak bisa membendung air matanya. bahkan Jaeseop ada di sini. Seungmi langsung saja memeluk Jaeseop yang sangat dia rindukan.

Hajiman bom, yeoreumgwa gaeul, kyeoul
Eonjena malgo kkaekkeuthae

Gyeoure taeona areumdaun dangsineun
Nuncheoreom kkaekkeuthan namanui dangsin

Mereka berlima bernyanyi bersama untuk Seungmi. Hyunmi dan Myungsoo juga ada di sana. Hyunmi menangis, dia paling tahu bagaimana perasaan sahabatnya itu.

Saengil chukhahamnida, saengil chukhahamnida
Saengil chukhahamnida. Dangsinui saengireul

Happy Birthday To You (Happy Birthday To You)
Happy Birthday To You
(Happy Birthday To You)

Happy Birthday To You (Happy Birthday To You)
Happy Birthday To You
(Happy Birthday To You)

Happy Birthday To You Happy Birthday To You
Happy Birthday To You
Happy Birthday To You

Happy Birthday To You Happy Birthday To You
Happy Birthday To You

Happy Birthday To You

Malam itu dipenuhi tangis haru.

“Saengil chukkae, uri little princess!” Ucap mereka berlima bersamaan. Seungmi merasa ini semua mimpi. Bagaimana bisa ini terjadi?

 

Satu respons untuk “[Fanfic] Rainbow Family – Happy Birthday

Tinggalkan komentar